Postingan

Empat Cara Menikmati Hidup ala Buku The Things You Can See Only When You Slow Down

Gambar
Di kehidupan dunia sekarang ini, kita sering nggak   sih  merasa semuanya melaju cepat? Atau bahkan terkesan buru-buru karena tuntuan ini dan itu . Pada akhirnya membuat kita merasa penat karena harus selalu bergerak cepat juga. Nah , ada baiknya sesekali kita beristirahat untuk meregangkan pikiran. Membaca literasi yang tepat bisa menjadi cara untuk rehat  sejenak, loh! Contohnya adalah buku  self-improvement  garapan Haemin Sunim: The Things You Can See Only When You Slow Down . Sumber: Galeri Pribadi Salah satu karya Haemin Sunim ini tentunya bukan sesuatu yang awam lagi bagi penggemar baca buku. Buku ini telah  dicetak sebanyak 3 juta ekslempar dan diterjemahkan ke berbagai bahasa. Dalam buku ini terdapat delapan bab dengan bahasan yang sangat erat dengan kehidupan sehari-hari. Berikut ini merupakan empat bahasan utama pada buku The Things You Can See Only When you Slow Down agar kita bisa lebih menikmati hidup: 1. Tidak Salah Jika Beristirahat Pada bab pembuka Haemin Sunim memula

Have You Ever?

Have you ever felt, you lose something you never had? I have been to, Yet sometimes it still haunts me How tragic And that hurts I realize how foolish i was Waiting for nothing Stuck on daydreaming The pain overwhelming The scars abounding Then here the facts I can't lose what i never had I can't keep what's not mine And i can't hold something that doesn't want to stay So here i am Trying to set me free Walk away from what broke me To heal properly

Perkara

Benar atau salah kini tiada lagi arti. Jika memang jalannya, biar titik temu yang menjadi media. Saling menemukan dan ditemukan. Jika pun tidak, maka biarkanlah.  Semesta akan menjadi petunjuk, kemana langkah kaki harus-- terus berjalan atau berhenti untuk tinggal .  Jangan lupa, bahwa tugas manusia hanya berusaha dan berdoa--selebihnya pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa. Sekarang, persiapkan saja hati ikhlas tak terkira. Bila memang ditakdirkan, maka tidak akan ada satu hal pun yang mampu menjadi penghalang. Bila pun bukan, percayalah bahwa Allah lebih tahu diatas segalanya.  Belum masanya berkhawatir . Belum masanya berfikir . 

(Menjadi) Produktif

Hampir lupa kalau aku punya dunia di sini, sampai-sampai unggahan terakhir bulan Juli 2018. Keterlaluan! Di tahun 2019 ini, semoga laman Kanebo Dijemur--ku kembali hidup, tidak usang karena ku abaikan. Meski entah nanti ke depan akan seperti apa kewalahanku terhadap dunia kampus ku; kuliah-praktikum-laporan-proker.  Ya, memang tidak ada korelasi antara perkuliahanku dengan hobi ini (baca: menulis). Ah, tidak masalah. Barangkali dari hiruk pikuk di bangku kuliah bisa menjadi bahan tulisan atau barangkali dengan menulis, segala penat karena kuliah bisa sedikit menghilang.  Menulis semacam konseling untuk aku yang lebih suka bercerita melalui rangkaian kalimat. Tapi, yang masih meradang di pikiran adalah terkadang aku takut akan tanggapan orang ketika mereka membaca tulisanku. Masih terus berusaha untuk membisikan dengan yakin kepada diri sendiri "tidak apa, sesuatu di dunia ini memang diciptakan berpasangan seperti suka dan tidak suka. Biarkan orang-orang memilih, suka atau

Tenis dan Kerudung

Gambar
(Sengaja) liat cocard di atas ngegantung di deket kaca bikin pikiran riuh ke tahun 2016. Bisa dibilang the best achievement  selama menggeluti tenis lapangan. Padahal biasa aja. Jadi, mari kita lempar balik. Kenapa aku bisa bilang pencapaian terbaik? Karena selama main tenis dari kelas 4 atau 5 SD, lupa, aku sama sekali nggak pernah jadi juara 1 waktu Pekan Olahraga Daerah (POPDA) yang tingkat Kabupaten. Lol. Tapi emang beneran. Kalaupun juara 2, itu gegara yang pada udah jago nggak ikut lombanya.     Februari 2016 adalah tahun POPDA terakhir karena ada aturan kalo kelas 12 udah nggak boleh ikut. Yap, kelas 11 waktu itu.  Kebiasaan dari SD-SMA, kalo POPDA pasti ketemunya itu-itu aja. Sebut saja Siwi dan Jeje. Lucunya, kita bertiga itu latihannya di tempat yang sama. Jadi, kita semua adalah kawan juga lawan. Tapi, lawannya cuma di dalem lapangan. Di luar itu kita kawan sedari piyik bersama. Singkat cerita, semifinal aku ketemu Siwi. Skor aku vs Siwi itu 8-7 kalau nggak salah. Ti

Perempuan

Untuk aku sendiri dan teman-teman perempuan yang kadang merasa tidak sama dengan perempuan lain ; Di antara waktu yang kita miliki, pasti kita pernah menghakimi diri sendiri. Menyesali hal-hal yang sebenarnya tidak perlu disesali. Menuhankan diri seolah-olah kita yang paling tahu. Padahal Allah sudah menciptakan segalanya matang-matang, pas, tidak kurang dan tidak lebih.  Terlalu sibuk mencari 1 hal yang hilang di antara banyak hal yang telah kita miliki. Di antara waktu yang kita miliki, pasti kita pernah merasa tidak sama dengan teman perempuan yang dengan mudah menyebut satu nama laki-laki. Kita hanya bisa mendengarkan keluh kesah mereka, tanpa bisa membalas cerita yang sama. Tidak ada lawan jenis yang setiap harinya muncul di notifikasi ponsel pintar kita. Merasa payah karena tidak memiliki pengalaman sama sekali seperti muda-mudi yang saling mengikat janji. Kenapa harus bersedih? Padahal Allah hanya ingin menjaga hati kita. Allah melindungi kita dari perasaan-perasaan yang

Menjadi Mahasiswi

Menuju semester 3 menyandang predikat mahasiswi. Aku tetep gini-gini aja. Nggak banyak berubah dari SMA. Tetap selengekan , masih dicintai sinar matahari (baca: gelap), dan nggak suka mekap. Kecuali, gincu yang ku pake; makeover creamy lust lipstick yang twilight buff nomor 8.  Walaupun masih banyak teman-teman mahasiswi yang punya ideologi macam diriku ini; bahwa make up itu belum menjadi suatu kebutuhan hidup. Tapi, sebagai perempuan aku punya ketakutan kalau-kalau tetep nggak bisa dandan.  Dan lebih takut kalau nggak ada ketertarikan buat tau tentang make up. Tapi kayaknya, udah bawaan dari kecil. Disaat anak-anak cewek seumurku dulu milih main masak-masakan sama temen cewek lainnya, aku lebih milih main sama cowok-cowok. Ke sawah cari Belut, ke kebon cari Singkong, naik pohon nyolong buah Mangga, main petasan cabe, atau pas  lagi puasa ikut teriak-teriak bangunin orang sahur. That's why kayaknya kenapa aku masih belum becus jadi perempuan. Disaat (mungkin) teman-teman