Bapakku Bisa Baca Al-Qur'an

Ada satu pertanyaan yang masih terus lalu lalang di pikiran. Pertanyaan seorang teman beberapa tahun silam ketika aku masih Sekolah Dasar. Beberapa tahun lalu ketika aku masih belajar ngaji di TPQ.
"Aku di rumah belajar Al-Qur'an sama bapakku. Bapakmu bisa baca Qur'an, nggak?"
"Nggak" kataku
"Hah masa nggak bisa, bapak aku aja bisa"

Semua orang pasti tahu, anak seumuranku waktu itu lagi seneng-senengnya membanggakan apa yang dimiliki. Dan pasti, gampang tersulut kalau ada orang lain yang lebih unggul. Sama halnya aku, dalam keadaan agak ke 'kompor', begitu sampe rumah setelah pulang dari TPQ, langsung manggil-manggil Bapak.

"Bapak, kenapa sih nggak bisa ngaji sama baca Qur'an? Bapaknya si X aja bisa"
"Loh Bapak kan ngaji juga, iqro 3"
"Iqro 3 terus, padahal kan aku udah Al-Qur'an"

Aku inget memang, waktu itu setiap seminggu 3 kali kalau nggak salah, Bapak belajar ngaji di rumah sama pak Ustadz. Tapi karena Bapak sering kerja di luar kota, ngajinya berhenti di iqro 3. 

Sampai pada awal 2017 kemarin, ada suatu kejadian yang bahkan tidak pernah sedikitpun terlintas dipikiran. Sama sekali tidak pernah. Kejadian yang cukup menampar hati bahwa terkadang hidup penuh dengan kemungkinan yang tidak pernah kita duga. Bahwa dalam sebuah ketidakmungkinan sekalipun, akan tetap ada kemungkinan. Dan bahwa tidak selamanya apa yang kita lihat, bahkan apa yang kita mengerti itu benar adanya. Kejadian yang mungkin tidak pernah diharapkan oleh siapapun. Lalu setelah kejadian tadi mulai ditemukan titik terangnya, ternyata Allah masih mau melihat ikhtiar hamba-hamba-Nya. Singkat cerita, waktu itu Bapak lagi berkendara pake mobil tiba-tiba satu diantara ban depannya lepas. Otomatis Bapak hilang keseimbangan dan akhirnya menabrak mobil orang lain yang berlawanan arah. Alhamdulillah, Allah masih jaga Bapak dan orang yang Bapak tabrak. Semuanya selamat tanpa luka-luka, tapi tidak dapat dipungkiri kalo mobil Bapak dan mobil yang Bapak tabrak rusak cukup parah. Malah Bapak bilang "Dek, mobil kita bagian depan udah kayak nggak ada bentuknya. Kayak rongsokan"

Yang jelas, dari kecelakaan mobil itu, Bapak jadi kenal sama Pak Imam (orang yang mobilnya ditabrak Bapak). Bapak cerita kalo suatu waktu mereka lagi ngobrol berdua, tiba-tiba Pak Imam ini kayak paham apa yang lagi dialami Bapak akhir-akhir itu, dan pada akhirnya Pak Imam kasih nasihat ke Bapak kalo intinya; keluarga itu yang paling utama. Uang itu duniawi, bisa dicari. Kalo kita merasa lagi banyak cobaan, jangan tanya kenapa ke Allah. Tapi tanya pada diri sendiri, kita harus tahu mana yang perlu dibenahi.

Memang, Allah adalah sebaik-baiknya perencana. Dari segala kejadian tadi, banyak hikmah yang bisa diambil. Salah satunya adalah, Bapak jadi mulai lagi untuk belajar ngaji. Mulai dari iqro 1 lagi. Sampai setelah beberapa bulan, akhirnya Bapak bisa baca Qur'an. Alhamdulillah.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk menunjukkan kalo sekarang Bapakku bisa baca Qur'an. Tapi semata-mata untuk mengajak kebaikan, bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar.

Untuk Bapak,
Mungkin Bapak memang nggak baca tulisan ini
Mungkin Bapak memang bukan Bapak terhebat di dunia 
Tapi Bapak adalah alasan kenapa anak perempuan Bapak ini bisa kuat

Bapak, walaupun Bapak baru bisa lancar baca Qur'an di umur 49 tahun, Bapak tetap terbaik bagi kami. Terima kasih, Bapak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Mahasiswi

Perempuan

Sakit